Sabtu, 14 September 2013 0 comments

Hanya Sekadar Rumah

-”Kau adalah rumah di mana aku memilih untuk tinggal.”
Aku hanyalah rumah, tak bisa memilih siapa yang harus tinggal, tetapi selalu ditinggal.

-”Kau adalah rumah, tempatku kembali pulang.”
Iya. Aku hanyalah rumah yang tak bisa melakukan apa-apa, meskipun aku mengharapkanmu untuk pulang.

-”Apapun itu, kau adalah rumahku. Rumah dengan segala isinya yang aku rindukan!”
Ya memang. Aku hanyalah rumah, yang diisi segala sesuatu yang kau rindukan, tetapi tak pernah kau pedulikan.


Apapun yang kau katakan, aku hanya tidak ingin sekadar menjadi rumahmu, tetapi aku ingin menjadi tempat tinggalmu selalu. Bukan hanya menjadi tempat yang kau tinggalkan selalu.
Minggu, 01 September 2013 0 comments

Kita

Kita adalah kepastian yang berulah, jarum yang mereka cari pada tumpukan jerami, tetes tawa yang membeku. Kita adalah bukti ketika Tuhan murka dan rangkuman semua keindahan yang ia pernah ciptakan.

Kita adalah sangkar cerita yang kemudian kosong, birunya lautan luas yang percuma, tingginya gedung-gedung kantor di hari libur, kesunyian berlapis bising yang megah. Kita adalah kehampaan yang disembunyikan nada.

Kita adalah bentuk saling percaya dan perdaya, suka dan duka, luka dan lupa. Kita adalah bentuk logis dari apapun yang ghoib.

Kita adalah pergi yang sebentar, berhala yang saling memusyrikan, perjalanan dan tempat pulang. Kita adalah keganjilan yang saling menggenapkan.

Kita adalah kelak yang semestinya kekal.


-dausgonia
Senin, 01 Juli 2013 5 comments

Aku Diam-diam Menunggumu, di Sini.

“Jangan lupa jam tiga nanti, ya.” 

Aku membalas singkat pesan masuk tersebut dari teman SMA-ku. 

“Oke, sip!”

Aku bergegas merapikan diri. Kukenakan pakaian terbaikku untuk menghadiri acara ulang tahun temanku sore ini; kemeja berwarna merah ditambah dengan dasi hitam yang akan menambah nilai rapih. Tak butuh waktu lama, kuambil kunci motor lalu pergi menuju acara tersebut.
Seperti biasanya jalan di sekitar sini memang sering sekali macet. Aku tak ambil pusing. Dengan sabarnya aku menyalip beberapa mobil di depanku sambil bernyanyi-nyanyi kecil layaknya orang yang tak dikejar waktu. Padahal pada saat itu jam sudah menunjukkan pukul dua lewat empat puluh menit. Ya, aku harus cepat agar tidak terlambat. 

(Lima belas menit berlalu..)

“Haaaah..” 

Dari kejauhan sudah tampak rumah tempat teman SMA-ku tinggal. Tepat di depan rumahnya, kuparkir motor yang kugunakan, lalu menghampiri sang tuan rumah. Dia adalah Mira yang pada saat itu berada di depan halaman rumah. Tanpa basa-basi aku langsung mengatakan kalimat ucapan ulang tahun yang cukup sederhana.

“Hei! Selamat ulang tahun ya, Mira.” Ucapku sambil mengejutkannya. 

“Eh, Ryan. Akhirnya kamu datang juga. Makasih yah.”

Aku berbincang-bincang dengannya tentang apa saja yang menurut kita asik. Aku dan Mira larut dalam obrolan seru, sampai tanpa sadar, sudah banyak yang berdatangan. 


Jumat, 10 Mei 2013 0 comments

Pemakaman Prematur

Kalau aku mati. 
Datanglah ke rumahku, tanyakan penghuni lainnya, di mana aku dimakamkan.
Kalau kau tidak tahu rumahku.
Datanglah ke sahabatku, tanyakan di mana aku dimakamkan.
Kalau kau tidak tahu siapa sahabatku.
Datanglah ke teman-temanku, tanyakan di mana aku dimakamkan.
Kalau kau tidak tahu siapa teman-temanku.
Datanglah ke musuhku, tanyakan di mana aku dimakamkan, dia pastitahu karena dialah yang paling mengharapkan kematianku.
Kalau kau tidak tahu siapa musuhku.
Datanglah ke tempat terakhir kita bertemu.
Di sana, jauh sebelum aku mati. Aku sudah memakamkan diriku sendiri di depanmu.
Tanpa sepengetahuanmu.


-Jakarta (
@soyidiyos)

Sabtu, 12 Januari 2013 3 comments

Sebuah Tulisan tentang Kamu




Hai, kamu. Kamu yang sudah aku anggap sebagian dari hidup aku. Ini aku; dengan segala kekuranganku yang mungkin tidak pantas untuk kamu bangga-banggakan. Aku cuma pengen kamu tau, kalo aku ini lelah. Aku lelah menjadi orang yang selalu ada untuk kamu. Walaupun kamu tidak menyadari itu semua.

Kita memang belum lama dekat satu sama lain. Walaupun begitu, aku sudah bisa merasakan sesuatu. Sesuatu yang bisa disebut jatuh cinta. Jatuh cinta memang wajar. Apalagi saat jatuh.. kita bisa terluka. Sekarang aku bisa mengetahui rasanya jatuh cinta kepada seseorang yang jelas-jelas tidak jatuh cinta kepadaku kembali. Ya, bisa dibilang ini sebuah cinta bertepuk sebelah tangan. Aku tidak mengetahui, kalau kamu benar-benar tidak cinta kepadaku atau mungkin kamu belum bisa untuk jatuh cinta? Kalau saja aku tanyakan tentang ini kepadamu, sudah pasti kamu tidak mau atau tidak bisa menjawabnya. Memang bodoh, kalau aku memaksa kamu untuk menjawabnya.
0 comments

Liburan ke Sukabumi [Part II]



Sambungan..

Sepulang dari acara tahun baruan di pusat kota Sukabumi, kami berniat untuk membuat jagung bakar untuk dimakan. Ya, untuk dimakan, bukan untuk diminum. Yah, acara kecil-kecilan gitu. Sekitar 10 jagung bakar habis kita makan dengan alasan lapar. Lalu, karena makan terlalu banyak dan menyebabkan kekenyangan, akhirnya kita semua tidur pulas dan ngorok. (errr.. fi fi fiw~) begitulah bunyinya. Keesokan harinya kita semua beraktivitas seperti halnya hari-hari kemarin yang apa-banget-sih. Ya, kita semua sudah merasa bosan di sana.

Dua hari pun berlalu. Pagi-pagi kita semua bergegas pulang meninggalkan Sukabumi beserta cewek-cewek unyunya. Hmmp, agak berat sih, tapi yaudahlah. Sebelum pulang kita semua diajak jalan-jalan ke puncak hanya untuk berfoto-foto. Aaaakkk.. puncak. \o/

1 comments

Liburan ke Sukabumi [Part I]


Hari sabtu, tanggal 29 Desember kemarin, gue beserta temen-temen semua ditawarkan untuk pergi liburan ke Sukabumi, oleh salah satu temen gue bernama Izwar. Ya, tentu saja Izwar ini orangnya sangat baik. kenapa baik? karena ngajak gue dan temen-temen liburan bareng. Setelah mendengarkan tawaran itu, gue dan temen-temen sangat senang dan langsung saja menerima tawaran tersebut dengan alasan yang cukup simple; ya, kita semua bosen liburan di rumah. Tidak lama kemudian, kita semua pun langsung saja membicarakannya langsung di rumah Izwar.

***

Di rumah Izwar, kita semua harus melewati proses berbincang-bincang yang cukup lama dengan orangtua Izwar untuk mendapatkan izin pergi. Dari hasil berbincang-bicang, akhirnya kita mendapat 5 syarat untuk mendapatkan izin pergi ke Sukabumi.
Syaratnya:
1) Kita boleh pergi, asalkan mendapatkan izin dari orang tua masing-masing.
2) Kita boleh pergi, asalkan membayar Rp.50.000 untuk uang bensin mobil Izwar.
3) Persatuan Indonesia.
4) Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan, dalam permusyawaratan perwakilan.
5) Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

"Wah, ngehek. hanya dengan uang Rp.50.000 dan mengamalkan Pancasila aja kita bisa pergi ke Sukabumi bareng." Gue pun terkejut.

Setelah pulang dari rumah Izwar, gue dan semua temen-temen pun pulang ke rumah dan langsung packing untuk mempersiapkan barang apa saja yang harus dibawa, karena keesokan harinya kita harus segera pergi. Ya, tentu saja kita pergi ke Sukabumi, bukannya pergi untuk syuting "Jejak Petualang Survival". Halah. "Gila lu, Ndro."

Keesokan harinya pun tiba. Wuuuussssh! (Wuuuussssh!: Suara angin)

Jam 7 pagi, gue pun sudah siap siaga berkumpul di rumah Izwar sambil menunggu temen-temen lainnya. Tidak lama kemudian, kita semua sudah berkumpul. Tidak lama kemudiannya lagi, kita semua langsung pergi ke kota Sukabumi. Yeaah! (aduh, sengaja saya cepetin, biar gak lama)

Setelah melewati kira-kira 4 jam lamanya di jalan, kita semua sampai di tempat tujuan yaitu kota Sukabumi. Lebih detailnya kita semua sampai di sebuah desa Batu Nunggal, Kecamatan Cibadak, Kabupaten Sukabumi. Disana, kita semua tinggal di sebuah rumah yang sejuk dengan pemiliknya adalah Bibi dari Izwarnya sendiri. Rencananya, kita akan menetap tinggal di sana. karena tidak dibolehin, jadinya kita hanya 5 hari di sana. hehe. (apa sih?)

Hari pertama di sana, kegiatan kita hanya makan > tidur > main kartu remi > jalan ke luar rumah > tidur > makan > kentut bareng gegara masuk angin - tidur lagi. Ya, beberapa hari yang kita jalanin di sana, kita habiskan hanya untuk melakukan kegiatan rutin yang tidak pantas disebut kegiatan rutin. (apa sih?)

Setelah beberapa hari berturut-turut kita melakukan kegiatan rutin yang tidak pantas disebut kegiatan rutin. (apa sih?), kita semua bersepakat pergi ke pusat kota Sukabumi untuk pergi ke acara malam tahun baruan di sana. Acara tahun baruan di sana sangatlah meriah. Bukan karena petasan, kembang api, ataupun bazookanya, tapi di sana sangat meriah karena dihadiri oleh berbagai cewek-cewek unyu dari belahan kota Sukabumi, bukan belahan dari dada Jupe. Ya, tentu saja cewek-cewek unyu tersebut banyak juga yang membawa hewan peliharaannya berupa monyet* (*pacarnya). Setelah asik keliling-keliling mencari jajanan dan melihat pemandangan berbagai cewek unyu, kita pun segera pulang ke rumah. Ya, ke rumah Bibi dari Izwar, bukannya ke rumah masing-masing. (lho? cepet banget tahun baruannya)

bersambung..
 
;