9.1. Konsep Demokrasi Digital
Demokrasi digital secara sederhana adalah aktivitas politik yang menggunakan saluran digital, terutama web 2.0 sebagai bentuk partisipasi politik atau penggalangan dukungan publik (Wilhem, 2003). pada edisi ini mengulas masalah dampak perkembangan teknologi komunikasi, terutama web 2.0 seperti YouTube, Facebook, MySpace, Twitter, dan sebagainya sebagai alat baru dalam berdemokrasi, yaitu demokrasi digital baru (new digital democracy). Grossman menulis tentang sinergi antara media (web 2.0) dan demokrasi yang mewujud dalam demokrasi digital (digital democracy).
Web 2.0
Pengertian Web 2.0 atau definisi Web 2.0 adalah sebuah
revolusi bisnis di dalam industri komputer yang terjadi akibat pergerakan ke
internet sebagai platform dan suatu usaha untuk mengerti aturan-aturan agar
sukses di platform tersebut. Web 2.0 merujuk pada generasi yang dirasakan
sebagai generasi kedua layanan berbasis web, seperti situs jaringan sosial,
wiki, perangkat komunikasi, dan folksonomi yang menekankan pada kolaborasi
online dan berbagi antar pengguna. Walaupun kelihatannya istilah ini
menunjukkan versi baru dari pada web, istilah ini tidak mengacu kepada
pembaruan kepada spesifikasi teknis World Wide Web, tetapi lebih kepada
bagaimana cara pengembang sistem di dalam menggunakan platform web. Menurut James Slevin, datangnya dari World Wide Web (WWW), 'sebuah aplikasi multifungsi,
telah lebih jauh meningkatkan interaktivitas online karena mampu memungkinkan
'pengguna untuk mengirim surat elektronik, chatting, mengirim file dan secara
otomatis me-load aplikasi pembantu pada saatdiperlukan.
9.2. Media
Tradisional
Dongeng adalah salah satu media tradisional yang
pernah popular di Indonesia. Pada masa silam, kesempatan
untuk mendengarkan dongeng tersebut selalu ada, karena merupakan bagian dari
kebudayaan lisan di Indonesia. Bagi para ibu mendongeng merupakan cara
berkomunikasi dengan putra-putri mereka, terutama untuk menanamkan nilai-nilai
sosial, yang diturunkan dari generasi ke generasi.
Di
berbagai daerah di Indonesia, media komunikasi tradisional tampil dalam
berbagai bentuk dan sifat, sejalan dengan variasi kebudayaan yang ada di
daerah-daerah itu. Misalnya, tudung sipulung (duduk bersama), ma’bulo sibatang
(kumpul bersama dalam sebuah pondok bambu) di Sulawesi Selatan (Abdul Muis,
1984) dan selapanan (peringatan pada hari ke-35 kelahiran) di Jawa Tengah,
boleh dikemukan sebagai beberapa contoh media tradisional di kedua daerah ini.
Di samping itu, boleh juga ditunjukkan sebuah instrumen tradisional seperti
kentongan yang masih banyak digunakan di Jawa. Instrumen ini dapat digunakan
untuk mengkomunikasikan pesan-pesan yang mengandung makna yang berbeda, seperti
adanya kematian, kecelakaan, kebakaran, pencurian dan sebagainya, kepada seluruh
warga masyarakat desa, jika ia dibunyikan dengan irama-irama tertentu.
Media
tradisional dikenal juga sebagai media rakyat. Dalam pengertian yang lebih
sempit, media ini sering juga disebut sebagai kesenian rakyat. Dalam hubungan
ini Coseteng dan Nemenzo (dalam Jahi, 1988) mendefinisikan media tradisional
sebagai bentuk-bentuk verbal, gerakan, lisan dan visual yang dikenal atau
diakrabi rakyat, diterima oleh mereka, dan diperdengarkan atau dipertunjukkan
oleh dan/atau untuk mereka dengan maksud menghibur, memaklumkan, menjelaskan,
mengajar, dan mendidik.
9.3. Media Digital melalui Penggunaan Media Elektronik
Media
digital merupakan bentuk media elektronik yang menyimpan data dalam wujud
digital, bukan analog. Di dalam
media elektronik, penonton membutuhkan media yang memanfaatkan tenaga
elektromekanik untuk dapat mengakses konten informasi. Sebagai contoh, untuk
dapat mengakses konten informasi yang dipancarkan melalui pemancar televisi,
penonton membutuhkan pesawat penerima televisi.
9.4. Contoh Kasus Demokrasi Digital
Dalam sejarah demokrasi Indonesia, fenomena facebookers adalah yang pertama dan yang sangat signifikan, khususnya sebagai bentuk partisipasi politik masyarakat. Ada dua contoh kasus yang mengemuka yaitu dukungan facebookers terhadap Prita Mulyasari terkait masalah dengan RS Omni Tengerang dan Gerakan 1.000.000 facebookers yang mendukung Bibit-Chandra yang mencapai lebih dari 1 juta pendukung. Harian Media Indonesia pada edisi 8 November 2009 menjadikannya headline.
Perlu diketahui, berdasarkan data resmi Facebook akhir Desember 2009, Indonesia, dengan jumlah pengguna 14.681.580 berada di posisi nomer empat di bawah Amerika, Inggris, dan Turki, tetapi dengan perkembangan yang paling pesat di bandingkan empat negera tersebut. Pada pertengahan tahun ini, bukan tidak mungkin Indonesia menduduki peringkat kedua mengingat jumlah penduduk kita lebih banyak dari Inggris.
Referensi:
Creeber, Glen, Martin, Royston, Dawsonera (2009). "Participatory Culture: mobility, interactivity, identity". Maidenhead: McGraw-Hill Open University Press.
Journal:
Review Journal: Download
Referensi Journal:
Sasmita, Siska. "Demokrasi dalam Bingkai Digital". 24 November 2015. ejournal.unp.ac.id/index.php/jd/article/view/1009
Referensi Journal:
Sasmita, Siska. "Demokrasi dalam Bingkai Digital". 24 November 2015. ejournal.unp.ac.id/index.php/jd/article/view/1009
0 comments:
Posting Komentar