Kamis, 07 Mei 2015

Pandangan Hidup Masyarakat Sunda

Orang Sunda seperti orang Indonesia lainnya/umumnya berpandangan bahwa hidup manusia bukan hanya berlangsung di dunia ini saja melainkan juga di dunia sana setelah manusia meninggal. Hal ini mempengaruhi dengan kuat tingkah laku orang Sunda, apa lagi mereka pada umumnya beragama Islam, yang mengajarkan antara lain bahwa setiap orang bertanggung jawab atas tingkah lakunya yang baik ataupun ygng tidak baik. Hal inilah yang ditanamkan sejak keciJ oleh orang tua pada anak, membuat orang Sunda dengan tegas membedakan antara yang baik dan yang tidak baik. Pepatah ke arah sana misalnya cita-cita orang Sunda pada umumnya adalah ; "cageur, bageur" (sehat, normal) dan baik hati, kadang-kadang diteruskan dengan "bener, pinter serta jujur", sering pula dilengkapi dengan "pangger, teger, singer dan wanter".

Hal-hal yang dilarang banyak ditunjukkan dengan kata "pamali" misalnya pamali menikah mendahului kakak (yang disebut calutak). Yang melanggar pamali akan ditimpa kemalangan, yang sebenarnya didatangkan agar dia sadar Di antara yang harus atau sebaiknya dilakukan agar hidup kita selamat di samping melakukan kewajiban yang berdasarkan agama Islam adalah juga untuk melakukan talari paranti atau adat karuhun ialah kebijaksanaan sakraal yang diwariskan oleh nenek moyang antara lain upacara tradisional, sangkan salamet rahayu hirup urang. Meskipun tidak ada data tentang berapa jumJahnya orang Sunda yang beragama Islam dan yang beragama Jainnya, tetapi dapatlah dikatakan bahwa orang Sunda beragama Islam, dan hanya sedikit sekali yang beragama Katholik, Protestan, Hindu, Budha dan lain-lain.

Orang Sunda merasa bahwa hidup ini merupakan satu kesatuan kosmis dimana semua unsur-unsurnya berhubungan dan dapat saling mempengaruhi. Karena itulah banyak sekali kata "Pamali, sumpah, cadu, buyut" yaitu larangan-larangan yang diwariskan secara turun temurun dari satu generasi ke generasi selanjutnya, yang bila dilanggar tidak hanya membawa akibat bahkan malapetaka bagi pelanggarnya, tetapi bagi seluruh masyarakat di mana ia tinggal (Hiding, I Ins : 18). Di samping larangan-Iarangan terhadap anjuran-anjuran yang akan dirasakan tidak logis kalau tidak dipandang dalam rangka satu kesatuan kosmis tersebut tadi, misalnya agar mempunyai hati yang berani kita harus memakan hati harimau. Agar tidak diganggu makhluk jahil seorang wanita yang sedang hamil harus membawa jarum atau tusuk konde atau barang-barang kecil yang tajam lainnya.

Sumber: id.wikipedia.org/wiki/Suku_Sundaid.wikipedia.org/wiki/Budaya_Sunda

0 comments:

Posting Komentar

 
;